
Puisi : Sepucuk Perpisahan ( Semilir angin Sabana)
Oleh : Arnold Kalikit Mana
Jam demi jam,
detik demi detik terus bergulir
Tak ku rasa waktu berjalan begitu cepat
Menghitung mundur waktu yang tersisa
Lalu kini
Kita telah sampai di penghujung waktu
Di masa akhir kita bersama-sama
Saudaraku,
Rasanya baru saja kemarin
Kau kabarkan berita itu
Yang bagaikan tertusuk jarum
berkali kali bagi ku
Kabar tentang engkau yang kan pergi
Menuju rumah lama mu
Demi masa depan dan kebahagiaan mu
Seketika terlintas
Segala keceriaan yang kita lalui bersama
Semua canda, tawa dan senyuman khas mu
terbingkai indah dalam memoriku
Saudara ku,
Berat sekali rasanya
Mengiringimu ke pintu perpisahan
Namun inilah gerbang menuju masa depanmu
Saudaraku,
Terima kasih ku persembahkan untuk segala pelayanan
dan pengabdian tulus yang telah kau hadirkan
Untuk segala waktu yang kau lewati bersama ku
Ingatlah ketika saxophone mu
Melodikan nada rindu,
Sahabat yang baik dapat terpisah jarak dan waktu
Namun hati kita kan tetap satu
Itulah sahabat sejati
Ingatlah ketika stetoskop mu menyentuh dada,
Dari sana kau kan dengar sejuta derap langkah kaki kuda sumba
dan semilir angin sabana kering memanggil mu kembali suatu waktu….
Sampai jumpa..
Baca juga : Beberapa Coretan Puisi Menyentuh Hati Karya Honing